aku disuruh tinggal dirumah Om Andri. Cerita Seks Remaja : Yani ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak
tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165cm, tapi mukanya
sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Cerita Seks Remaja : Disini aku diberi kamar di lantai 2,
bersebelahan dengan kamar Yani.
Aku sekarang sudah 3 bulan tinggal dirumah Om Andri, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Yani. Kadang-kadang dia suka nanya-nanya pelajaran sekolah, dan aku berusaha ngebantuin. Aku sering mencuri-curi memperhatikan Yani. Kalau dirumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang dibalik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Yani seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.
Suatu hari pulang kuliah sesampainya dirumah ternyata sepi sekali. Diruang
keluarga ternyata Yani sedang belajar sambil tiduran diatas karpet.
"Sepi sekali, sedang belajar yah? Tante kemana?" tanyaku
"Eh.. Dodi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku dibantuin belajar yah..,
Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampe malem.. "
"Iya deh, aku ganti baju dulu"
Kemudian aku masuk kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus
aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru aku beli. Nggak lama
kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak
manggil Yani ngajakin makan bareng. Tapi nggak ada sahutan. Dan setelah aku
tengok ke ruang keluarga, ternyata Yani sudah tidur telungkup diatas buku yg
sedang dia baca, mungkin sudah kecapean belajar, pikirku. Nafasnya turun naik
secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang
pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.
Memperhatikan Yani tidur membuat aku terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai
tegak dibalik celana pendek yang aku pakai. Tapi karena takut ketauan, aku
segera keruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Yani. Kemaluanku juga semakin berdenyut.
Akhirnya aku nggak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur
Yani sudah berubah, dan dia sekarang terlentang, dengan kaki kiri dilipat
keatas, sehingga dasternya tersingkap sekali, dan celana dalam bagian bawahnya
kelihatan. Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga
bulu-bulunya membayang dibawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku tegak sekali dibalik celana pendekku. Buah dadanya naik turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin berdenyut. Ketika sedang enak-enak memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andri sudah pulang. Akupun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.
Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan.
Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian. Keadaan rumah sangat sepi,
mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan
membaca majalah yang baru aku beli. Sedang asik membaca, tiba-tiba kamarku ada
yang mengetuk, dan ternyata Yani.
"Dodi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya.
Soalnya rada canggih sih" katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya.
"Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku
baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih nggak terlalu beda
dengan komputer" sahutku.
"Ya udah, dibaca dulu deh. Yani juga mau mandi dulu sih" katanya sambil berlalu
ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan
mengikuti Yani dengan pandanganku. Ketika mengambil handuk, badan Yani terkena
sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas
dibalik dasternya. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur.
Kemudian sewaktu Yani berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang
membaca manual kalkulator itu. Nggak lama kemudian aku mulai mendengar suara
Yani yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai
membayangkan Yani yang sedang mandi, dan hal itu membuat kemaluanku agak tegang.
Karena nggak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara
untuk mengintipnya, dan aku menemukannya..! Aku mengambil kursi dan naik
diatasnya untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku
mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan... aku!
melihat Yani yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang
kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu disekitar kemaluannya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan kemaluankupun menjadi sangat tegang.
Tapi aku nggak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketauan, juga aku
merasa nggak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha
menenangkan perasaanku yang nggak karuan.
Cerita Seks Remaja : Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andri sedang ngobrol sambil nonton TV, dan Om Andri bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya seminggu. Dia pesan
supaya aku ngebantu Yani kalau butuh bantuan. Tentu saja aku bersedia, malah
jantungku menjadi berdebar-debar. Nggak lama kemudian Yani mendekati kita.
"Dodi, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo" katanya sambil
narik-narik tanganku. Aku mana bisa menolak. Akupun ngikutin Yani berjalan ke
kamarnya dengan diiringi Om Andri yang senyum-senyum ngeliat Yani yang manja.
Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh
konsentrasi. Yani duduk sedangkan aku berdiri disampingnya. Aku bersemangat
sekali ngajari, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Yani kelihatan dari
dasternya yang longgar. Aku lihat Yani nggak pake beha. Kemaluanku
berdenyut-denyut, tegak dibalik celana dan keliatan menonjol. Aku merasa bahwa
Yani tau kalo aku suka nyuri ngeliat buah dadanya, tapi dia tidak berusaha
merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa ngeliat putingnya.
Karena sudah nggak tahan, sambil pura-pura ngejelasin soal aku ngerapatin
badanku sampai kemaluanku nempel ke punggungnya. Yani pasti juga bisa ngerasain kemaluanku yang tegak. Yani sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk.
"Yani, kamu cantik sekali.." kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Yani
diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku
dipundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap
pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil.
Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tangankupun semakin turun kearah dadanya. Aku merasa nafas Yani sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi makin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Yani mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.
"Dodi aku mau diapain.." Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar.
Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi nggak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah.
Akupun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Yani membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Yani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.
Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah kedalam mulutnya, dan mengait-kait
lidahnya, membuat nafas Yani semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tangankupun nggak tinggal diam, mulai turun kearah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya. Nggak lama kemudian tanganku mulai keatas kepundaknya. Dengan gemetar tali dasternya aku turunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok dikakinya. Kini Yani tinggal memakai celana dalam saja.
Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Yani mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.
Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan aku dekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Yani mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya kearahku.
Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainin dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainin dengan tanganku.
"Aduuhh.. aaahh.. aaahhh" Yani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas
putingnya aku gigit-gigit sedikit. Badannya menggeliat-geliat membuat aku
semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Yani kemudian menyelusup
kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.
"Dodiii.. aahhh.. baju kamu dibuka dong.. aahh.." Akupun mengikuti keinginannya.
Tapi selain baju, celana juga aku lepas, hingga aku juga cuma pake celana dalam.
Mulutnya kembali aku ciumi dan tanganku memainkan susunya. Kontolku semakin
keras karena Yani menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang.
Tanganku mulai menyelinap kecelana dalamnya. Bulu jembutnya aku usap-usap, dan
kadang aku garuk-garuk. Aku merasa memeknya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut memeknya. Dan ketika tanganku mulai mengusap itilnya, ciumannya dimulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras. Itilnya aku usap, aku puter-puter, makin lama makin kencang, dan makin kencang. Pantat Yani ikut
bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga kontolku semakin berdenyut.
Sementara itilnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir
memeknya. Yani menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap
semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya, !
dan badan Yani tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
"Aaahh aaahhh Dodiii.. adduuuhh aaahhh aaahhhh aaahhhhhhhh"
Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi
mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.
"Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu" tiba-tiba bisiknya dikupingku. Aku yang
masih tegang sekali merasa senang sekali.
"Iyaaa.. boleh.. " bisikku. Kemudian tangannya aku bimbing ke celana dalamku.
"Aahhh..." Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh kontolku. Terasa enak
sekali. Yani juga terangsang lagi, karena sambil mengusap usap kepala kontolku,
mulutnya mengerang dikupingku. Kemudian mulutnya aku cium lagi dengan ganas. Dan kontolku mulai digenggam dengan dua tangannya, diurut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku. Badanku semakin menegang. Kemudian kontolku mulai dikocok-kocok, makin lama makin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Nggak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat diseluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.
"Raaannniii.. aku hampir keluar.." bisikku yang membuat genggamannya semakin
erat dan kocokannya makin kencang.
Cerita Seks Remaja : "Aahhh.. Ranniii.. uuuhhh.. aaahhh.." akhirnya dari kontolku memancar cairan
yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak. Sementara kontolku masih
mengeluarkan cairan, tangan Yani tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya
semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang
mengalir dari sela-sela jarinya membuat Yani semakin gemas. Spermaku masih
keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.