Namaku ****, karena merupakan anak satu-satunya , kedua orangtuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku
Wanita itu namanya Nadia, dia seumuran denganku dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager. Hari pernikahan kami berjalan lancar, yang kami berdua lakukan hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja sepanjang hari, tidak seperti pasangan lainnya yang sangat antusias dengan perkawinannya kami berdua atau mungkin saya lebih tepatnya malah seolah-olah tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi hari itu.
Malam pertama kami bisa di bilang sangat aneh,tak ada hiasan pengantin, suasana yang harusnya romantis berubah menjadi sekaku es. Sepanjang malam tidak ada satupun dari kami yang memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Matahari mulai menampakan diri di ufuk timur, kuputuskan untuk keluar dari kamar ku untuk membuat secangkir kopi di dapur. Setengah jam sudah dan kopi di cangkirku hampir habis,
“gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman” ujar Nadia sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku. Waktu terasa begitu lambat berjalan, setelah semua pekerjaanku di kantor selesai kuputuskan untuk pulang dan beristirahat. Setibanya di rumah keadaan sepertinya masih sama seperti dulu saat aku masih membujang, tidak ada yang berubah,….. tiba tiba
“udah pulang kamu?” tanya ida diiringi dengan senyum
“sorry yah tadi gue nggak sempet masak, kita delivery aja yah” sambungnya.
Tanpa berkata satu katapun aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi. Setelah mandi ku nyalakan televisi, tidak lama setelah itu terdengar bunyi bel dari pintu depan, ternyata kedua orang tua kami datang berkunjung.
“eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?” tanya Nadia kepada kedua orangtua kami sambil menggandeng tanganku,
Tangan Nadia terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Nadia belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku,dan entah sengaja atau tidak Nadia mulai mengosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.
Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Nadia bukanlah wanita yang kucintai.
Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Nadia tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku
Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Nadia sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya. Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Nadia datang menghampiriku
“masih marah ya?, maaf deh lain kali gue bakal ngasih tau lo dulu kalo gue mau berimprovisasi” suara Nadia terdengar pelan penuh penyesalan,
“Nggak, gue nggak marah.. gue cuma bingung aja tadi, mau nanggepinnya gimana” balasku, perlahan mulai ku sadari bahwa tidak ada jalan keluar lain selain membicarakan semua masalah dengan baik-baik
“ya udah, kalo gitu gue tidur duluan yah..”sambung Nadia dengan senyum manis di wajahnya
Untuk ukuran kecantikan, Nadia termasuk wanita yang cantik dan menawan, sebagai wanita karir yang selalu mementingkan penampilan, Nadia sebenarnya sangat sexy. Walaupun orangnya perfectionis Nadia tetap bisa membagi diri agar tetap bisa jadi orang yang asik, contohnya di kantor dia selalu berusaha terlihat berwibawa dan selalu rapih sedangkan di rumah dia sering hanya memakai celana jeans pendek dan baju tanpa lengan. Selain itu Nadia sebenarnya orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita tetapi karena pada dasarnya belum memiliki rasa sayang jadi masih sangat sungkan bagiku untuk melakukan sesuatu padanya.
Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Nadia tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku. Keesokan harinya Nadia bangun lebih dulu, segera ia menuju ruang tv dan melihatku yang sedang tidur
“loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh” suara Nadia terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa,
“nggak apa-apa,…….kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu” kataku sambil mengusap mata
“gue buatin kopi mau nggak?” tanya Nadia
“nggak, nggak usah gue bisa buat sendiri kok” jawabku
“udah, nih…” ujar Nadia sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu Nadia menggunakan hotpants dan baju kaos oblong yang kebesaran, membuatnya semakin terlihat sexy
“nggak ngantor?” tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang saat selesai bertanya ida menaruh tangannya di pahaku, dan menatapku dengan matanya yang indah,
“jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, lo?” tanya Nadia balik
“sama, gue juga…… kita berangkat bareng mau nggak?” Balasku
“Siap komandan,,.” Jawab Nadia sambil tertawa,
Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor kujemput Nadia di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang
Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk mandi dan langsung menonton tv. Jam menunjukan pukul 21.00 tetapi mataku sudah terasa berat, sambil menahan rasa kantuk kulangkah-kan kakiku menuju kamar, segera pintu kamar kubuka sedikit dan hendak masuk kedalamnya tetapi langkahku tertahan oleh sebuah pemandangan yang baru pertama kali ku lihat seumur hidup, lemari baju Nadia terbuka, Nadia sedang sibuk mencari-cari bajunya dalam keadaan topless dan hanya memakai celana jeans pendek . Refleks langsung kututup pintu itu sembari meminta maaf.
Walaupun beberapa detik tadi sangat kunikmati, melihat kedua buah dada Nadia yang lumayan besar dihadapan mataku, sangat ranum dan bentuknya pun bulat sempurna juga kencang, tapi kembali lagi rasa bersalah memenuhi kepalaku hingga membuatku lupa bahwa itu adalah hal yang wajar bagi suami istri
“Da, sorry gue mau ngambil bantal, gue nggak ngintip kok” ujarku dari luar kamar, memang terdengar sangat bodoh jika ada seorang suami yang meminta maaf saat melihat istrinya telanjang, tetapi itulah yang terjadi padku sekarang ini
“nggak apa-apa masuk aja….” sahut Nadia dari dalam kamar
Dengan menggunakan tangan kiri, kututup mataku sedangkan tangan kananku meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal
“udah, tanganya dilepas aja, matanya dibuka” suara Nadia terdengar sambil mencolek pinggangku
“Sorry, gue bukan mau ngintip tadi, gue bener-bener nggak sengaja”ujarku sedikit malu-malu.
“nyantai aja lagi, gue yang di intip kok lo yang panik……gue juga baru pertama kali diintipin cowok” balas Nadia sambil tertawa,
“eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng gue…” sambung Nadia sambil menepuk tempat tidur.
“udah, cepetan tvnya di matiin dulu”lanjut wanita itu sambil sedikit mendorongku,
Setelah tv ku matikan, terus langkahku kuarahkan kembali ke kamar. Di kamar Nadia sudah berada di atas tempat tidur, kakinya yang jenjang dan putih membuat suasana hatiku tak-karuan. Sikap Nadia yang sangat baik padaku membuatku mulai menikmati perjodohan ini dan sedikit membuka hatiku bagi wanita ini.
“sini,” ujar Nadia sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingnya
Kurebahkan tubuhku tepat disampingnya dan langsung kupejamkan mataku, berharap tidak terjadi hal-hal yang aneh malam itu
“lo masih punya pacar yah waktu kita nikah” kucoba untuk membuka mataku pelan-pelan, kutatap wajahnya yang kini sangat dekat denganku, posisi tubuh Nadia sudah menindih sebagian tubuhku
“nggak,, emang napa?” tanyaku balik
“penasaran aja, abisnya lo dingin banget..serem tau” jawab ida sambil tersenyum kecil
“gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” ujarku
“ohh… gue kira lo jeruk makan jeruk lagi…” sambung wanita itu
“ahh….lo kate gue maho?” jawabku bercanda, tangan Nadia perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya
“abisss…..” cekikik Nadia memenuhi ruangan itu
Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya Nadia bangun terlebih dahulu, sepanjang malam dia memelukku dan tertidur dengan posisi setengah tubuhnya menindih tubuhku, dengan posisi seperti ini kedua buah dadanya menempel pada tubuhku dan kurasakan kehangatan yang beda dari sebelumnya.
“beb,…bangun ih nggak ngantor kamu?” tanya Nadia sambil menjepit hidungku.
“beb?,,, bebek kali?” jawabku bercanda
“iiih tuh kan bercanda lagi, teus maunya dipanggil apa?” tanya Nadia lagi,
“terserah kamu deh…” ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Nadia sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.
Sehabis jam kantor, ku arahkan mobilku langsung pulang. Dirumah, Nadia ternyata pulang lebih cepat. Malam itu ida mengenakan baju kaos bola barcelona dengan celana hotpants, baju itu dimodifikasinya hingga bahu sebelah kanannya terlihat keluar dari leher baju bola itu.
“baju bola gue tuh?.”tanyaku
“iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?” tanya Nadia balik,
“nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu” ujarku menggodanya
“udah ah…makan dulu sana….keburu dingin”kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan
Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Nadia juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Nadia yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.
“duduk sini,…deket gue” suara Nadia terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.
Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Nadia langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.
Sebegai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Nadia tetapi dia masih malu karena sikapku yang masih begitu cuek, kucoba untuk memberi perhatian sedikit untuknya. Kucoba sandarkan tubuhku ke kursi dan benar saja, Nadia langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku naikan tanganku sedikit agar Nadia bisa meletakkan kepalanya di dadaku. Tubuh Nadia sangat hangat, kubiarkan tangannya menyusuri pinggangku lalu dipeluknya.
“da,….kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja…,,, aku siap bantu kok” ujarku untuk memecah suasana.
“kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” tanya Nadia pelan,
“dulu sih iya,,,, tapi sekarang udah nggak,…abis kamu baik, cantik lagi” gombal ku
“ih gombal,.” Balas Nadia, sambil mencubit pinggangku
“kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu” sambung Nadia
“aku mau minta sesuatu sama kamu” lanjut Nadia
“minta apa?” tanyaku
“ehm,,…gimana ngomongnya ya..” jawab Nadia
“udah,. Bilang aja nggak usah malu” Ujarku
“beneran nih , gak apa-apa?..”tanya Nadia
“iya…beneran..,,trus apa?”
“boleh minta cium nggak?” pinta Nadia
“ooh..” langsung kudaratkan bibirku ke pipinya.
“iiihh…bukan di situ, tapi di sini” ujar Nadia sambil menunjuk bibirnya.
Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaranku saat SMA dulu juga paling Cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga
“kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu” ujar Nadia dengan nada sedikit kecewa
“nggak ,, gue cuma..” perkataanku terhenti
“Cuma apa…?” tanya Nadia
“belum pernah ciuman…” ujarku malu-malu, mukaku semakin merah saat selesai mengatakannya.
“astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?”
Masih dalam keadaan bingung dan malu, Nadia menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Menatapnya dengan penuh rasa cinta.
“gue yang pertama, mau nggak?” tanya Nadia
Cerita Seks Remaja : Perasaan ku seperti melayang-layang diudara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah kuharapkan Nadia yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenanggakan akhirnya kubiarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
“gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?” pinta ida.
Segera diciumnya kedua bibirku. Bibir Nadia sangat tipis dan hangat, beberapa detik kunikmati bibirnya yang menempel pada bibirku. Tak lama setelah itu, Nadia mulai memagut bibirku dan mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.
“dibales dong” ujar Nadia di sela-sela serangannya ke bibirku
Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.
“mmhhh” hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Nadia
Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. Nadia tertawa lepas sambil memandangiku.
“nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya.” Ujar Nadia sambil menepuk dadanya
“gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya,.. buka kursus juga yah?” tanyaku
“ya nggak lah,… gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah” jawab Nadia
Baru ku tahu kalo Nadia juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.
“jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?” candaku.
“apa lagi yang masih perawan?” tanyaku menggodanya
“ya semuanya lah…” jawab Nadia sambil menarik bibirku.
“mau dong nyobain…?” candaku
“sok atuh,…silahken…” jawab Nadia sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya.
“sorry,.. gue becanda kok…,,” ujarku
“beneran juga nggak apa-apa” sambung Nadia
“nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Nadia memancing ku
“terus maunya gimana?” tanyaku
“nggak ngerti-ngerti juga?” jawab Nadia
“ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit bingung gue” sambungku
“gue mau dientotin ama lo..beiby” balas Nadia sambil menarik bajuku
Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantungku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatanku kepada Nadia sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam padaku.
“yah…,,gue tabu…nggak tau harus gimana duluan” ujarku
“kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?” balas ida
“gue coba deh,..”jawabku
Ida segera berjalan menuju kamr tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang kukira isinya adalah segala macam peralatan make up seperti yang biasa wanita-wanita career koleksi, tapi ternyata isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, latin, blonde, redhead, amateur, dan lain-lain.
“lengakap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi kasetnya
“eh, ini punya temen kantor aku lagi,..nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini….enggak deh” jawab Nadia
“gue kira lo hyper ” kataku bercanda
“eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” sambungnya sambil tertawa dan terus mencari sebuah kaset yang menurutnya sangat bagus
“nah ini dia akhirnya ketemu.” Ujar Nadia sambil merapihkan kaset-kaset lain yang berantakan di atas sofa di ruang tv.
“nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidurr” sambung Nadia
“emangnya kita mau nyangkul? Capek?” tanyaku bercanda. Sebenarnya suasana hatiku saat ini sangat takkaruan ada senang bercampur bingung, kata-kata yang keluar dari mulut Nadia menandakan bahwa dia sudah sangat mempercayaiku dan sangat menyayangiku, sementara aku masih bingung dengan perasaanku sendiri
Adegan film pertama di kaset itu dipenuhi dengan ciuman, Nadia menyuruhku duduk diatas tempat tidur dan dia duduk di pangkuanku.
“tau gak, itu tuh namanya foreplay” ujar Nadia
Mulailah ida memagut bibirku, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. film pun berganti adegan, sekarang pemeran cowok di film itu mulai menggerayangi tubuh pemeran wanitanya. Baju pemeran wanita di singkap keatas dan payudara wanita itu mulai diemut oleh pemeran pria itu.
“pengen deh di gituin” Nadia tiba-tiba melepaskan ciuman kami dan mengatakannya,
Posisi ida sekarang duduk berhadapan denganku, Nadia duduk di pangkuanku
“ya udah,..bajunya di buka” ujarku
Ida membuka bajunya perlahan, sedikit demi sedikit gumpalan daging di dadanya itu mulai tersingkap, ukuranya benar sangat besar, sama seperti saat pertama kali kulihat dengan tidak sengaja. Seperti orang bodoh, kedua buah dadanya hanya kuperhatikan tanpa berbuat apa-apa
“kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” ujar Nadia ngambek
“sorry, speechless aja gue….gede amir…seumur-umur baru pernah liat yang ginian,…eh besar pula lagi dapatnya” balasku untuk meredakan ngambeknya
“ya udah.,,, di emut dong” ujar ida lagi kali ini diiringi dengan senyum
“nggak ahh….entar lecet, terus kalo lo mandi pasti nyeri” kataku
“jadi gimana dong?” tanya Nadia
“aku jilatin aja mau nggak?” tanyaku balik
Ida langsung menarik kepalaku ke arah buah dadanya, lidahku kujulurkan dan mulai menyentuh permukaan kulit buah dadanya. Kujilat melingkar membentuk huruf O disekitar putingnya dan ujung putingnya ku sentuh perlahan menggunakan ujung lidahku.
“Mmhh…enak beb,,,terus..,,terus.. yang kanan juga,..aahh” desah ida yang membuatku bersemangat melakukannya.
Lima belas menit kuserang kedua payudaranya, hanya suara desahan yang keluar dari bibir manis Nadia,..saat tubuh ida mengelijang hebat, kurasakan ada cairan membasahi celanaku.,
“da,..celana lo basah.,,” ujarku, ku biarkan dadanya basah dan kutatap wajahnya yang sangat manis.
“iya,..gue ‘jadi’ tadi..”ujar ida sambil menciumi pipiku
Adegan di film kini berubah lagi, penis si pemeran pria yang sudah sedari tadi “tegang” mulai diurut turun naik oleh pemeran wanitanya. Dan setelah sudah cukup tegang, mulailah penis itu dimasukkan kedalam mulut wanita itu.
“mau gue gituin nggak?” tanya Nadia
“udah gak usah, lain kali aja” jawabku cepat.
“nggak apa-apa, nggak usah malu…..enak lagi” balas Nadia
Ida segera menarik celanaku, dan langsung menggenggam penisku yang belum menegang sama sekali dibalik celana dalamku.
“gila,…gue udah hampir dua kali orgasme,…lo bediri aja belon…make obat apa?” tanya ida
“obat apaan?,…gue aja baru sekali diginiin” jawabku
Ida kemudian menarik turun celanaku.
“besar juga.,,beda dikit lah ama yang di film” ujar ida, sambil tersenyum Nadia mengenggam penisku
Ida mulai menganggkat penisku dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal paha selma 10 menit, rasanya seperti berenang di awan, apa lagi saat Nadia menempelkan bibirnya ke ujung kepala penisku dan menghisapnya pelan..,,
“udah…udah…”ujarku sambil mencoba menarik penisku keluar dari mulut Nadia,
Tak lama setelah itu kerasakan sesuatu keluar dari penisku, tidak dapat lagi kutahan. Kupejamkan mataku dan saat ku buka, Nadia masih berada dalam posisi jongkok dan wajahnya berlumuran cairan berwarna putih yang tak lain dan tak bukan adalah spermaku.
“aku kan dah bilang,….” ujarku
“hahaha…asik…asik” bukanya marah, Nadia justru tertawa kegirangan,
Ku kenakan lagi celanaku dan segera mengambil handuk di lemari untuk membersihkan spermaku di wajah Nadia
“ketelen gak?” tanyaku
“dikit..” jawab Nadia sambil tersenyum.
Tibalah film itu di puncak aksinya, si pemeran pria di film itu menarik turun celana dalam pemeran wanitanya dan mulai melumat daerah kewanitaan perempuan itu.
“rebahan deh…..” ujarku
Saat Nadia berbaring di tempat tidur, kutempatkan tubuhku tepat diatasnya dan mulai menciumnya lagi. Kali ini tidak terlalu lama, segera kupindahkan sasaranku ke bagian lehernya, seperti instruksi di film itu.
“Mmhh..”suara Nadia pelan
Tak lama setelah itu, kedua buah dadanya kumainkan, kupijat pelan dan mulai kujilat perlahan. Turun ke bagian perut dan anehnya lagi, tali hotpants Nadia sudah tidak terikat dan sepertinya Nadia tidak mengenakan celana dalam
“cewek kok nggak pake celana dalam,” ujarku sambil mencubit pipinya
“kalo nggak ada lo sih gue pake,… tapi kalo ada lo, masa iya gue pake,..entar tiba-tiba lo minta? Gimana?” balas ida.
Ida mulai menaikan pinggulnya dan menurunkan celananya. Sekarang Nadia sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Semua yang selama ini tertutup kain baju ataupun celana sekarang jelas terlihat dihadapanku, pinggul ida lumayan besar, pantatnya montok dan yang membuatku sangat bahagia dalah vaginanya yang tidak memiliki bulu sedikitpun.
“sering cukur neng?” tanyaku
“nggak juga sih,..gak tau kenapa,, bulunya lama numbuh” jawab ida.
Ida menarik kepalaku mendekati vaginanya yang sudah basah sedari tadi. Aroma kewanitaan yang baru pernah seumur hidup ku cium ternyata sangat wangi, mungkin karena seringnya dirawat.
Perlahan mulai kujilati daging yang berada di belahan vagiannya itu, ku mainkan suasana dengan sesekali mempercepat jilatanku di liang kemaluannya. Semakin cepat kujilat, semakin Nadia menjepit kepalaku di tengah kedua pahanya.
“kalo gue tau enaknya gak ketulungan gini,…gue minta aja yah dari awal” gumam Nadia
Kali ini, kusingkap lobang kemaluannya dan ku hisap menggunakan bibir membentuk huruf O, sesuai dengan instruksi yang ada di film itu. Nadia semakin mengejang hebat dan mencoba menarik rambutku agar kepalaku menjauh dari vaginanya, tetapi seperti yang ku baca di buku jika terjadi hal seperti itu kita malah sering menghentikan permainan. Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Ku teruskan permainanku hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi lidahku.
“Keluar lagi?” tanyaku
“iya,…enak deh” jawab ida
“ya udah,…gitu aja dulu yah,…kepala gue sakit banget, abis lo jambak tadi” ujarku
“masa udahan sih?… sorry tadi gue kelepasan jadinya narik-narik rambut kamu gitu deh…” balas Nadia.
“entar baru nyambung lagi..yah” pintaku
“iya, tapi jangan lama-lama” jawab Nadia,
Ida hanya terbaring di tempat tidur, kututupi tubuhnya dengan selimut. Film porno itu kami ‘pause’ sebentar. Aku segera menuju westaffel untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan pukul 03.00 pagi hari. Saat itu ku sadari bahwa sekarang dalam diriku tidak hanya ada cinta, tetapi juga ada nafsu untuk istriku Nadia. Setelah meminum segelas air, aku segera kembali ke kamar. Nadia menyambutku dengan senyum penuh rasa sayang, ku rebahkan tubuhku disampingnya.
“da.,,gue mau,..minta maaf,..kalo gue udah kasar sama lo sejak kita nikah, padahal lo juga nggak tahu apa-apa kan? Sekarang gue ngerasa bersalah banget” ujarku
“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah,…gak usah dipikir lagi, Nadia juga udah lupa……kamu juga makin hari makin asik….seneng aku” jawab ida.
Saat itu terasa sangat panas, ku buka baju kaos ku dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi ku pakai.
“ribet banget nih selimut…”ujar ida sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya
Ida segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Nadia menarik tanganku dan menempelkan telapak tanganku ke selangkagannya. Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan penisnya kedalam vagina pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam takkaruan.
Beberapa menit kami menyaksikan film itu. Kali ini Nadia hanya terpana melihat adegan di film itu. Mungkin Nadia masih takut untuk mencobanya.
“mau coba gituan?” tanya Nadia
“kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga…..lo aja yang master belum siap apa lagi gue” ujarku
“kita coba tapi pelan-pelan yah…soalnya gue masih perawan” ujar Nadia
“gak apa-apa nanti aja,…”jawabku
“tapi gue pengen banget..” sambung Nadia
“ya uda.,,,tapi bakal sakit loh nanti..”balasku
Ida mulai menaikan pinggulnya dan pantatnya kusanggah dengan bantal. Ku buka sedikit lebar lubang kemaluannya, memang benar. Selaput dara masih utuh didalamnya, merah merona dan terlihat segar.
“beneran masukin sekarang?” tanyaku.
“iya tapi pelan-pelan yah” jawab ida
“iya” balasku
Kumasukkan penisku perlahan kedalam vagina Nadia. Hangat, perih dan sempit, terasa seperti disedot vaccum cleaner. Saat semua bagian sudah mulai terbenam, kulihat Nadia meneteskan air mata. Sedih sekali melihatnya seperti itu, kulihat darah membekas di batang penisku. Sejenak kupikir untuk melepaskan penisku dari dalam vagina Nadia. Tetapi apa yang terjadi, ida malah menggoyangkan pinggulnya
“sakit?’ tanyaku pelan
“udah nggak kok,…perih aja tadi, banget…” jawabnya
“mau diterusin?” tanyaku lagi
“iya..” jawab ida manja
Perlahan mulai ku maju mundurkan pinggulku, makin lama makin cepat. Nadia hanya menggumam sambil meremas buah dadanya.
“ennnaaakk,,,” ujar Nadia
“mmhh …guuee….keelluuaarr..” jerit Nadia
Orgasme Nadia disusul olehku, senang sekali melihatnya malah tertawa diakhir permainan kami. Cairan yang keluar dari vagina Nadia bercampur sedikit dengan darah.
“da..sorry tadi gue keluarin di dalem..”ujarku
“nggak apa-apa kali,..kalo nanti gue bunting,,bapaknya ni anak kan elo” jawab ida.
Cerita Seks Remaja : Hanya bisa tertawa, kami berdua tertawa sejadi-jadinya melihat perbuatan kami tadi. Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.