Untuk menyelidiki fenomena janin menguap, ilmuwan melakukan USG 4 dimensi pada 15 orang ibu hamil empat kali selama masa kehamilan. Yang terakhir dilakukan pada minggu ke-36, hanya beberapa minggu sebelum delapan bayi perempuan dan tujuh bayi laki-laki lahir.
Ketimbang gambar ‘datar’ yang dihasilkan pindai 2D, mesin pindai 4D mengambil gambar 3D dari berbagai sudut. Hasilnya kemudian direkam dalam video 4D. Kemudian peneliti menganalisis dengan rinci bagaimana janin menggerakkan mulut mereka.
Beberapa akademisi percaya bahwa bukannya menguap, bayi hanya membuka dan menutup mulut mereka. Namun peneliti Dr Nadja Reissland mengatakan pindai memberikan bukti jelas bahwa janin juga menguap.
Ada beberapa kesempatan, bayi secara perlahan akan membuka mulut mereka, sebelum dengan cepat menurut mulut karakteristik menguap. Hasil analisis menunjukkan, bayi yang paling muda menguap lebih sering. Namun, tak ada perbedaan di antara kedua jenis kelamin.
Dr Reissland menghitung, bila memonitor lebih lama, janin rata-rata menguap enam kali dalam satu jam.
Kendati tak diketahui sepenuhnya mengapa janin menguap, Dr Reissland percaya, lewat cara itulah bayi melakukan peregangan sekaligus mendorong perkembangan otak yang terlibat dalam pergerakan rahang.
“Jika menguap adalah tanda perkembangan otak, suatu hari nanti bisa menguap bisa ditambahkan ke indikator untuk menentukan apakah janin berkembang secara normal,” ujarnya.